Fri. May 2nd, 2025
ViralViral

Pendahuluan

Viral Siswa SD Dibanting Pelatih Futsal di Surabaya. Sebuah video yang menampilkan seorang siswa Sekolah Dasar (SD) diduga dibanting oleh pelatih futsal di Surabaya viral di media sosial dalam beberapa hari terakhir. Insiden yang terekam kamera amatir tersebut sontak menuai kecaman luas dari warganet. Orang tua korban yang tidak menerima perlakuan tersebut dikabarkan telah melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian untuk menuntut keadilan.

Viral Siswa SD Dibanting Pelatih Futsal di Surabaya. Video berdurasi singkat itu menampilkan seorang anak laki-laki berseragam olahraga yang diduga merupakan siswa SD tengah beradu argument dengan seorang pria dewasa yang disebut sebagai pelatih futsalnya. Tiba-tiba, tanpa diduga, pria tersebut terlihat mengangkat tubuh sang siswa dan membantingnya ke lantai. Sontak, siswa tersebut tampak sedih dan menangis. Beberapa anak lain yang berada di lokasi kejadian terlihat terkejut dan berusaha mendekat. situs slot gacor andalan sejak 2019 di situs totowayang rasakan kemenangan dengan mudah.

Identitas siswa SD dan pelatih futsal tersebut belum diungkapkan secara resmi oleh pihak yang berwenang. Namun, informasi yang beredar di media sosial menyebutkan bahwa kejadian tersebut terjadi di sebuah lapangan futsal di kawasan Surabaya. Motif pasti dari tindakan pembantingan tersebut juga masih belum jelas. Beberapa spekulasi yang muncul di kalangan warganet menduga adanya masalah disiplin atau perbedaan pendapat antara siswa dan pelatih.

Reaksi Warganet dan Kecaman Luas

Video viral ini dengan cepat menyebar di berbagai platform media sosial, memicu gelombang kemarahan dan kebencian dari warganet. Banyak yang mengecam tindakan pelatih futsal tersebut sebagai bentuk kekerasan yang tidak dapat dibenarkan, apalagi dilakukan terhadap anak di bawah umur. Komentar-komentar bernada kecaman, mengecewakan, dan dukungan terhadap korban membanjiri kolom komentar berbagai unggahan terkait video tersebut.

“Ini sudah jelas kekerasan! Tidak ada alasan apapun untuk membanting anak kecil seperti itu,” tulis seorang warganet.

“Kasihan sekali adiknya, pasti sakit dan trauma. Semoga pelaku segera ditindak tegas,” timpal warganet lainnya.

“Pelatih seharusnya membina, bukan malah melakukan kekerasan. Ini contoh yang sangat buruk,” ujar warganet dengan nada kecewa.

Baca Juga: Viral Pencurian Motor di Stasiun Gambir, KAI Minta Maaf

Orang Tua Korban Tempuh Jalur Hukum

Kabar mengenai viralnya video tersebut juga sampai ke telinga orang tua siswa SD yang menjadi korban. Merasa tidak terima dengan perlakuan kasar yang dialami anaknya, orang tua korban dikabarkan telah mengambil langkah hukum dengan melaporkan kejadian ini ke pihak kepolisian di Surabaya.

“Kami sebagai orang tua tentu sangat terpukul dan marah melihat anak kami diperlakukan seperti itu. Kami sudah melaporkan kejadian ini ke polisi dan berharap keadilan dapat ditegakkan,” ujar seorang yang mengaku sebagai perwakilan keluarga korban dalam sebuah unggahan di media sosial.

Pihak kepolisian Surabaya hingga saat ini belum memberikan keterangan resmi terkait laporan tersebut. Namun, pihak yang berwenang diharapkan dapat segera melakukan penyelidikan mendalam untuk mengetahui kronologi pasti kejadian, motif pelaku, serta mengambil tindakan hukum yang sesuai jika terbukti adanya tindak kekerasan.

Dampak Psikologis pada Korban dan Pentingnya Pembinaan yang Positif

Dugaan kejadian pembantingan ini tidak hanya berpotensi menyebabkan luka fisik pada korban, tetapi juga dapat menimbulkan trauma psikologis yang mendalam. Rasa takut, cemas, dan kehilangan kepercayaan terhadap sosok dewasa yang seharusnya menjadi pembimbing dapat membekas dalam diri korban.

Kejadian ini juga menjadi sorotan penting mengenai metode pelatihan dalam olahraga usia dini. Kekerasan dalam bentuk apapun tidak dapat diterima dalam proses pelatihan. Pelatih seharusnya menjadi sosok yang memberikan motivasi, mengajarkan keterampilan, dan menumbuhkan nilai-nilai positif dalam berolahraga, bukan justru melakukan tindakan yang merugikan secara fisik dan psikis.

Kesimpulan

Diharapkan kasus ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pihak terkait dalam dunia pelatihan olahraga usia dini. Pentingnya pendekatan yang humanis, sabar, dan mengedepankan komunikasi yang baik antara pelatih, siswa, dan orang tua harus menjadi prioritas utama. Kekerasan tidak akan pernah menjadi solusi dan hanya akan merusak potensi serta semangat berolahraga anak-anak.

Pihak kepolisian diharapkan dapat segera melaporkan laporan dari orang tua korban secara profesional dan transparan, sehingga keadilan dapat ditegakkan dan kejadian serupa tidak terulang kembali di kemudian hari. Masyarakat juga diharapkan dapat bijaksana dalam menyikapi informasi yang beredar dan menunggu hasil penyelidikan resmi dari pihak yang berwenang.