Sun. Sep 8th, 2024
Pemulung Tinggal Dekat Gunung Sampah, Beli Lahan Rp.50 JutaPemulung Tinggal Dekat Gunung Sampah, Beli Lahan Rp.50 Juta

Jakarta, Pemulung yang tinggal disekitar Tempat Pembuangan Sampah Terpadu ( TPST ) Bantargebang di Bekasi, tidak jauh berbeda dengan kawasan lain. Pemulung tersebut, berusaha memiliki rumah sendiri daripada tinggal di jalanan. Dan begitu pula dengan Riani, salah satu warga bantargebang yang sudah tinggal disana sejak 1989.

BACA JUGA : Tantri Kotak Alami Cedera Karena Jatuh dari Panggung

Namun saat ini, Riani hanya seorang ibu rumah tangga dengan 4 orang anak. Dan pemasukkan keluarganya hanya mengandalkan pendapatan sang suami, yaitu seharinya sang suami bisa mendapatkan sekitar Rp. 150.000. Tetapi untuk pendapatan tersebut, tergantunmg pada ketekunan sang suami saat mencari sampah.

Tergantung aktifnya suami. Kalau aktif dapat Rp 150 ribu, kata Riani pada Senin, 16 Juli 2024. Dengan penghasilan yang tidak menentu, Riani tetap bisa memiliki rumah sendiri.

Setelah menikah pada tahun 2005, ia berhasil membeli tanah seluas 150 meter persegi seharga Rp 50 juta. Saat itu harga tanah per meternya, berkisar Rp 1 juta. Kemudian, ia membangun rumah semi permanen berbahan triplek, rangka kayu, dan atap terpal dengan modal Rp 5 juta.

Riani mengatakan dia menyisihkan penghasilan sekitar Rp.20.000, setiap harinya untuk ditabung. Hanya saja ia baru kesampaian, membeli rumah setelah menikah pada tahun 2005. Meski kini sudah membeli tanah tersebut, Riani mengaku belum mengubah nama di sertifikat.

“Sudah sertifikat, tapi belum ada nama, masih nama pemilik pertama. Belum ada modal, ganti nama murah? Mahal banget. Ganti nama seperti beli tanah lagi, lebih dari itu. mahal ganti nama dibandingkan beli tanahnya,” kata Riani.

Rumah yang disebutnya gubuk itu dibangun dengan bahan sederhana, yakni triplek pada dinding, balok kayu sebagai rangka, dan atap dari terpal. Riani mengatakan semuanya menggunakan material baru dan setelah 20 tahun masih awet hingga saat ini.

Rumah Riani merupakan tempat tinggal yang paling dekat dengan jalan raya. Terletak di Jalan Lingkar Bambu, Kelurahan Ciketing Timur, RT 001/RW 05, Bantargebang, Ciketingudik, Bekasi, dekat dengan Musala Nurul Huda.

Meski bagian depan rumah berantakan dan terlihat kotor, namun air di dalam rumah bersih, tidak berbau sampah, dan gratis. “Kalau airnya bagus, warnanya putih, tidak berbau. Tidak ada bau sampah. Saya pakai jet pump Sanyo,” Ungkapnya.