Jakarta – Tewasnya 6 nelayan kapal motor (KM) Sri Mariana di perairan Merak pada Minggu 4 Agustus 2022 mendadak jadi sorotan. Sebab, evakuasi sejumlah jenazah dilakukan dengan protokol ketat. Bagi petugas kesehatan, kenakan alat pelindung diri (APD) lengkap termasuk baju hazmat. Atas tewasnya 6 nelayan tersebut, sembilan orang kontak erat yang jatuh sakit langsung diisolasi karena penyebab kematian dalam kasus ini masih ‘misteri’.
Meski begitu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril memastikan prosedur evakuasi semacam itu sebenarnya dilakukan sebagai respons terhadap kemungkinan penyebaran virus atau bakteri di pintu masuk atau titik kedatangan.
“Standar prosedur Kemenkes adalah apabila terjadi kematian di kapal yang belum diketahui penyebabnya. Tugas Kemenkes RI menjaga pintu masuk baik darat, laut, dan udara dari potensi penyakit,” kata Syahril kepada detikcom Senin (5/8/2024).
Jadi ini bagian dari prosedur dan kasus harus diisolasi atau dikarantina sampai diketahui penyebab pastinya. Karantina di fasilitas kesehatan, lanjutnya.
Syahril mengatakan, pihaknya menduga kematian awak kapal tersebut terkait penyakit leptospirosis yang berasal dari tikus. Penyakit apa itu?
Dugaan Awal
Dikutip dari Healthline, leptospirosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis, artinya dapat menginfeksi manusia dan hewan.
Penyakit ini terutama menyebar melalui paparan urin hewan yang terinfeksi. Pada manusia, hal ini bisa terjadi karena kontak dengan urin atau tanah atau air yang terkontaminasi.
BACA JUGA : Rizky Febian: Dari Putra Komedian Penyanyi Bersuara Emas
Terkadang, leptospirosis menimbulkan gejala ringan seperti flu atau tanpa gejala sama sekali. Leptospirosis juga bisa berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti meningitis, dan kematian yang fatal.
Manusia dapat tertular leptospirosis dari hewan. Leptospirosis pada manusia ditularkan melalui kontak dengan urin hewan yang terinfeksi. Jarang menular melalui gigitan binatang.
Umumnya bakteri leptospirosis ditularkan melalui urin tikus. Hal tersebut yang membuat leptospirosis juga sering dikenal dengan penyakit ‘kencing tikus’.
Selain tikus, berikut sejumlah hewan yang berpotensi menularkan leptospirosis:
Sapi
Babi
Kuda
rakun
Landak
Anjing
Gejala Leptospirosis
Gejala leptospirosis bervariasi berdasarkan jenis dan tingkat keparahannya.
Leptospirosis ringan dapat menyebabkan:
Demam
Batuk
Sakit kepala
Nyeri otot (terutama betis dan punggung bawah)
Ruam yang tidak gatal (terutama pada tulang kering), yang dapat menyebabkan rhabdomyolysis (kerusakan otot rangka)
Diare
Muntah
Panas dingin
Mata merah
Sakit perut
Pada beberapa kasus, leptospirosis tidak menimbulkan gejala sama sekali.
Gejala leptospirosis parah meliputi:
Penyakit kuning (kulit dan mata menguning)
Gagal ginjal
Gagal hati (liver)
Berdarah
Masalah pernafasan
Aritmia jantung
Meningitis aseptik
Miokarditis
Biasanya diperlukan waktu antara 1 hingga 2 minggu bagi penderita penyakit ini untuk mulai menunjukkan gejala, namun bisa memakan waktu hingga satu bulan.
Rata-rata pasien yang meninggal adalah usia dewasa muda. Kisarannya adalah 22 hingga 34 tahun. Kebanyakan berdomisili di Jabodetabek, namun dua orang dilaporkan berasal dari Sulawesi Tengah dan Jawa Timur.
“Saat ini para penyintas masih menjalani karantina untuk dipantau kondisi kesehatannya. Kita tunggu hasil labnya baru minggu depan,” pungkas Syahril.