Jakarta – Viral wanita asal Bandung yang bernama Gitarani. Membagikan sebuah cerita perjuangannya yang melawan skoliosis melalui akun TikTok pribadinya. Berawal dari keluhan sesak napas. rupanya Ia tidak sadar mengidap skoliosis yang sudah tergolong parah.
Pengidap skoliosis biasanya disarankan untuk rutin melakukan latihan dengan stretching. Karena skoliosis terjadi karena ketidak seimbangan otot. Jika bengkok tulang nya 30-40 derajat saat usia pertumbuhannya yang masih 15 tahun. Maka Ia perlu menggunakan korset. Sedangkan jika kondisi kemiringannya di atas 40 derajat. perlu dilakukan intervensi atau operasi.
Kisah Gitarani sontak menjadi sorotan netizen. Banyak yang ikut membanjiri kolom komentar postingan tersebut. Adapula yang mengaku mengalami hal serupa.
Apabila sudah menjalani perawatan. Tapi masih tidak efektif untuk mengatasi kondisi skoliosis dan dampak yang terjadi akibat skoliosis. Maka sangat perlu melakukan prosedur pembedahan untuk mengoreksi posisi tulang belakang. Operasi yang dilakukan dengan mempertimbangkan apakah ada kondisi lain yang dapat memengaruhi operasi yang akan dilakukan.
Bagaimana awal mulanya Terkena Skoliosis ?
Awalnya Ia tahu skoliosis pas aku kelas tiga SMP tepatnya umur 15 tahun. Ketika ia lagi di sekolah tiba-tiba ngerasa nyeri dan nggak nyaman di punggung. Sampai merasakan agak sesak juga. Ketika pulang ke rumah mamanya membaluri minyak kayu putih di punggungnya.
Dari situ Gitarani mulai ngerasa aneh. Pas diliat punggungnya ada bagian yang ngejendol lumayan besar dan punggung tidak terlihat rata. Setelah itu langsung Gitarani dan mamanya kedokter untuk memeriksakannya.
Setelah dicek, Dokter langsung memberitahukan bahwa ia mengidap skoliosis. Lalu Ia melakukan rontgen dan penanganan lebih lanjut dengan dokter ortopedi. Tak main-main, derajat kelengkungan bagian tubuh bahkan hampir menyentuh 50 derajat.
Dokter menyarankan pilihan untuk memakai brace atau baju besi penyangga untuk menahan agar tulang tidak mengembang dan membengkok. Tetapi dia tidak mengikuti saran tersebut dan Ia memilih mencari alternatif lain dengan ikut beberapa terapi non-medis seperti praktik kretek badan.
Gitarani mengaku belum ada perubahan signifikan tetapi membantu sedikit meringankan nyeri dan pegal yang dirasakan.