Sun. Oct 6th, 2024
Kenaikan Pajak Memicu Demo Besar, HIngga Telan Korban JiwaKenaikan Pajak Memicu Demo Besar, HIngga Telan Korban Jiwa

Jakarta, Kenaikan pajak memicu demo besar-besaran yang terjadi di Kenya, di karenakan aturan terkait rencana kenaikkan pajak diprotes warga. Puluhan orang dikabarkan tewas hingga akhirnya presiden Kenya mencabut rancangan undang-undang kenaikan pajak. Masyarakat Kenya sedang berjuang menghadapi guncangan ekonomi yang disebabkan oleh dampak pandemi virus corona ( COVID-19 ), perang di Ukraina yang dipicu oleh Rusia, kekeringan selama dua tahun berturut-turut, dan depresiasi mata uang.

BACA JUGA : Beredar Kimia Farma Mau Tutup 5 Pabrik, Dari Total 10 Pabrik

Di tengah situasi sulit tersebut, pemerintah Kenya berencana meningkatkan pendapatan negara melalui tambahan pajak yang diatur dalam rancangan undang-undang (RUU) keuangan yang diubah dan diputuskan oleh anggota parlemen pada Selasa 25 06 2024 waktu setempat.

Langkah selanjutnya, adalah menyerahkan RUU tersebut kepada Presiden William Ruto. Untuk ditandatangani, dan disahkan secara resmi sebagai undang-undang. Ruto mempunyai waktu 14 hari untuk menandatangani RUU tersebut, atau menyerahkannya kembali ke parlemen jika dia keberatan dan dilakukan amandemen lebih lanjut.

Para pengunjuk rasa membuat polisi kewalahan, dan memaksa mereka mundur saat hendak memasuki kompleks gedung parlemen. Laporan media lokal menyebutkan, bagian dalam gedung parlemen Kenya rusak, dan beberapa bagian gedung terdapat bekas terbakar.

Situasi semakin mencekam, ketika polisi di Nairobi melepaskan tembakan dengan peluru tajam. Setelah gas air mata dan meriam air, gagal membubarkan demonstran yang menyerbu gedung parlemen. Polisi akhirnya berhasil mengusir para demonstran dan harus mengevakuasi anggota parlemen melalui terowongan bawah tanah.

Jumlah korban tewas, kemudian diperbarui. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Kenya, mencatat 22 orang meniggal dalam demonstrasi memprotes kenaikan pajak di Kenya. Badan tersebut berjanji untuk melakukan, penyelidikan terhadap apa yang digambarkannya sebagai ‘jumlah korban tewas terbesar dalam satu hari protes’.